Kamis, 05 Mei 2011

Lembah Harau

LEMBAH HARAU NAN INDAH dan LEGENDANYA



Lembah Harau adalah objek wisata alam andalan di Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Lembah Harau suatu lembah yang subur terletak di Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota. Berada ± 138 Km dari Padang ± dan 47 Km dari Bukittinggi dan sekitar ± 18 Km dari Kota Payakumbuh dan ±2 Km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota. Dilingkungi batu pasir yang terjal berwarna-warni, dengan ketinggian 100 sampai 500 meter.
Sejak lama lembah Harau banyak dikunjungi wisatawan terutama pengunjung domestik dari daerah Riau, Sumut dan Jambi. Topografi Cagar Alam Harau adalah berbukit-bukit dan bergelombang. Tinggi dari permukaan laut adalah 500 sampai 850 meter, bukit tersebut antara lain adalah Bukit Air Putih, Bukit Jambu, Bukit Singkarak dan Bukit Tarantang.
Memasuki lembah harau, mata akan dimanjakan suasana alam pengunungan yang luar biasa apalagi dengan pemandangan 5 buah air terjun ( sarasah ) yang sangat besar dengan ketinggian ± 100 meter yang. Luar biasa indah seperti cerita di dalam sorga yang dilalui oleh empat buah sungai yang jernih.
Lembah Harau sangat terkenal, dan dipercaya oleh penduduk setempat apabila turun pelangi maka para bidadari turun dari kayangan untuk mandi-mandi di keempat sarah tersebut ( sarah aie luluih, sarasah bunta, sarasah murai dan sarasah aka barayun ). Bahkan pada tahun 2008 lalu, kabarnya , kamera HP milik seorang mahasiswa yang sedang berwisata ke lembah Harau pernah menangkap gambar rombongan bidadari mandi berbaju putih dan coklat, melayang di air terjun. Saat ini foto tersebut tersimpan pada kamera HP para pedagang disekitar air terjun sarasah bunta.
Asal Usul Nama Harau
Pada awalnya nama Harau berasal dari kata “Orau”. Penduduk asal tinggal di atas Bukit Jambu, dikarenakan daerah tempat tinggal penduduk tersebut sering banjir dan Bukit Jambu juga sering runtuh yang menimbulkan kegaduhan dan kepanikan penduduk setempat sehingga penduduk sering berteriak histeris akibat runtuhnya Bukit Jambu tersebut dan menimbulkan suara “parau” bagi penduduk yang sering berteriak histeris tersebut. Dengan ciri-ciri suara penduduk yang banyak “parau” didengar oleh masyarakat sekitarnya maka daerah tersebut dinamakan “orau” dan kemudian berubah nama menjadi Arau, sampai akhirnya menjadi Harau.
Prasasti Lembah Harau
Menurut prasati yang masih terdapat di sekitar air terjun Sarasah Bunta, areal ini mulai dibuka tanggal 14 Agustus 1926 oleh Assisten Residen Lima Puluh Kota yang bernama J.H.G Boissevain, dengan E. Rinner bernama B.O.Werken bersama Tuanku Lareh Sarilamak yang bernama Rasyad Dt. Kuniang nan Hitam dan assisten Demang yang bernama Janaid Dt. Kodo Nan Hitam.
Untuk pertama kalinya Assisten Residen terpesona, kaget dan terkesima sembari berdecak kagum untuk melantunkan rasa kagum dan tiada taranya melihat keadaan alam Lembah “orau” sambil berdecak “Hemel,hemel…….(Indah, mempesona seperti sorga) dalam bahasa Belanda.
Dengan terkesimanya Assisten Residen tersebut terhadap keindahan lembah sempit yang diapit oleh terjalnya bukit batu di kiri kanannya maka dibuatlah prasasti dari batu marmar yang dipahatkan pada salah satu dinding sarasahnya yakni “Sarasah Bunta” pada tanggal 14 Agustus 1926, sehingga sejak waktu tersebut terkenallaah lembah sempit tersebut sampai ke Negara Belanda dengan nama “Hemel Arau” (Sorga Arau) dan kemudian disingkat dengan Harau.
Kemudian diterbitkan Besluitnya oleh Pemerintah Belanda (waktu itu) pada tanggal 19 Januari 1933 Nomor 15 Stbl Nomor 24 dengan status Cagar Alam di Bidang Biologis dan Aesthestis seluas 315 Ha ,kemudian dilakukan pengukuran ulang oleh Perlindungan dan Pelestarian Alam (PPA) pada tahun 1979 dengan luas defenitif dilapangan adalah 298 Ha,) . Selanjutnya status Cagar Alam sebagian arealnya diubah menjadi Hutan Wisata yang diperuntukkan bagi taman wisata alam dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor : 478 / Kpts /Um / 8 / 1979, tanggal 2 Agustus 1979 ,tentang perubahan statusnya menjadi taman wisata seluas 27,5 Ha.
Dengan demikian status Lembah Harau selain cagar alam juga sebagian berstatus taman wisata. Berbagai sarana pertamanan, kupel, tempat duduk, jalan setapak, tempat bermain anak-anak, taman satwa, sepeda air, Mushalla, WC dan lapangan parkir serta dilengkapi dengan kios-kios souvenir, dan makanan/minuman dan sebagainya yang telah dibangun di objek wisata ini bagi kemudahan dan kenikmatan pengunjung.
Berbagai jenis tanaman dan binatang ada di sini. Monyet ekor panjang (Macaca fascirulatis) bisa dilihat di sini. Ada pula siamang (Hylobatessyndactylus), dan simpai (Presbytis melalopos).Hewan yang juag dilindungi di sini adalah harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrensis), beruang (Helarctos malayanus), tapir (Tapirus indicus), kambing hutan (Capriconis sumatrensis), dan landak (Proechidna bruijnii). Ada 19 spesies burung yang juga dilindungi. Di antaranya, burung kuau (Argusianus argus) dan enggang (Anthrococeros sp).

Potensi Lembah Harau
Saiful juga menjelaskan , pada kawasan Objek wisata Lembah Harau ini terdiri dari 3 (tiga) kawasan : Resort Aka Barayu, Resort Sarasah Bunta, dan Resort Rimbo Piobang . Pada resort Aka Barayun yang memiliki keindahan air terjun yang mempunyai kolam renang, yang memberikan nuansa alam yang asri juga berpotensi untuk pengembangan olah raga panjat tebing karena memiliki bukit batu yang terjal dan juga mempunyai lokasi yang bias memantulkan suara (echo). Disini juga terdapat fasiltas penginapan berupa homestay yang bisa dimanfaatkan wisatawan yang ingin menginap lengkap dengan fasilitasnya. Konon Sarasah Aka Barayun dari legenda dalam masyarakat yang berada di sekitarnya Cagar Alam Lembah Harau dulunya adalah Laut.
Diceritakan batu-batuan yang terdapat di sini adalah sejenis batu yang biasanya terdapat di dasar laut. Diantaranya dua dinding batu yang terjal, tergantung pada sebuah akar yang pada saat pasang naik terbenam dan waktu pasang surut Nampak di atas air tergantung dan berayun-ayun ditiup angin.
Resort Sarasah Bunta terletak disebelah timur Aka Barayun, memeliki 4( empat) air terjun (sarasah Aie Luluih, Sarasah Bunta, Sarasah Murai dan sarasah Aie Angek ) dengan telaga dan pemandangan yang indah seperti ; Sarasah Aie Luluih, dimana pada sarasah ini air yang mengalir melewati dinding batu dan dibawahnya mempunyai kolam tempat mandi alami yang asri, dari cerita dari orang tua-tua dulu, ada kepercayaan mandi atau membasuh muka di sarasah aie luluih dapat mengobati jerawat dan muka akan terlihat cantik dan awet muda. Sarasah Bunta dimana sarasah ini mempunyai air terjunnya yang berunta-unta indah seperti bidadari yang sedang mandi apabila terpancar sinar matahari siang sehingga dinamakan “Sarasah Bunta” . Sarasah Murai , pada sarasah ini sering pada siangnya burung murai mandi sambil memadu kasih sehingga masyarakat menamakan “Sarasah Murai “.dan apabila mandi di bawah air terjun kedua sarasah ini, dengan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa , lekas mendapat jodoh bagi yang belum menikah.
Pada Sarasah Aie Angek belum banyak dikunjungi wisatawan, airnya agak panas berada arah keutara dari “Sarasah Murai”.Pada Resort Rimbo Piobang sampai akhir tahun 2008 belum berkembang karena direncanakan untuk Taman Safari.
Legenda Puti Sari Banilai
Alkisah, waktu dulu berlayarlah seorang Raja Hindustan bernama Maulana Kari dengan permaisurinya Sari Banun untuk merayakan pertunangan anaknya bernama Sari Banilai dengan Bujang Juaro. Puti Sari Banilai ikut bersama orang tuannya. Sebelum berlayar, kedua anak muda tersebut telah bersumpah, kalau Sari banilai mengingkari janji pertunangan tersebut, ia akan menjadi batu dan sebaliknya kalau Bujang Juaro yang ingkar, ia akan menjadi ular naga.
Tanpa sadar kapal mereka terbawa arus dan hanyut terjepit di Lembah Harau di antara dua bukit batu terjal serta ditahan akar kayu yang melintang di antara kedua bukit tersebut. Agar kapal tidak hanyut, sang raja menambatkannya pada sebuah batu yang terdapat di sana. Batu tersebut sampai sekarang masih bernama Batu Tambatan Kapal/perahu.
Dengan persetujuan Rajo Darah Putiah yang berkuasa pada waktu itu di Lembah Harau maka Raja Maulana Kari beserta keluarganya diizinkan untuk tinggal menetap.
Karena sudah tidak mungkin lagi kembali ke negerinnya mereka putuskan untuk menetap di sana. Raja Maulana Kari tidak mengetahui sumpah putrinya, mengawinkan Puti Sari Banilai dengan seorang pemuda di daerah tersebut yang bernama “Rambun Pade”. Dari perkawinan ini lahir seorang anak laki-laki yang gagah. Raja Maulana Kari dan istrinya sangat saying pada cucunya ini sehingga apapun permintaannya dipenuhi.
Tersebutlah suatu ketika sang raja membuatkan mainan untuk cucunya ini sehingga ia setiap hari asyik dengan mainannya itu. Pada suatu hari mainan tersebut jatuh ke dalam laut. Sang cucu memanggil ibunya untuk mengambilkan mainan tersebut. Lalu si ibu melompat ke dalam laut untuk mengambilkannya, namun mainan itu hanyut tidak di temukan lagi. Pada saat itu datanglah ombak yang mendorong Sari Banilai sampai ke tepi dan terjepit di antara dua buah batu. Pada saat itu Puti Sari Banilai memohon agar air laut itu surut dan kering.
Lambat laun dari kaki Puti Sari Banilai mulai menjadi batu. Saat itulah teringat akan sumpahnya dan sebelum keseluruhan badannya menjadi batu, ia memohon kepada tuhan agar perlengkapan rumah tangganya dibawakan dan diletakkan di dekat ia terjepit.
Di lembah Harau pada dinding terjal di sebelah kiri (dekat echo) sayup-sayup Nampak sebuah batu seakan-akan berbentuk seorang ibu yang sedang menggendong anaknya, hamparan tikar dan sebuah batu yang berbentuk lumbung padi.
Demikianlah legenda Lemba Harau. Legenda ini masih hidup dalam masyarakat, dalam cerita randai yang bernama “Randai sari Banilai” salah satu bentuk kesenian tradisional masyarakat di sana.
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota

Makam Keramat Tanjung Lilin

OBJEK WISATA : Makam keramat Tanjung Lilin
Makam keramat Tanjung Lilin terletak di Kenagarian Taeh Baruah, Kecamatan Payakumbuh ± 8 km arah utara kota Payakumbuh dan sangat mudah serta aman untuk dikunjungi. Ditempat ini terasa suasana yang tenang dan sunyi walaupun sangat dekat dengan perkampungan penduduk. Ada dua versi cerita tentang Makam Keramat ini, versi pertama menceritakan bahwa yang berkubur disini adalah Syech Yusuf yang merupakan salah seorang ulama yang ikut mengembangkan syi'ar agama Islam dari Aceh sampai ke Malaysia, beliau dikenal mempunyai kesaktian dan ilmu kebatinan yang sangat tinggi. Syech Yusuf mempunyai 3 orang istri dan salah seorang istri beliau berasal dari Negeri Sembilan Malaysia dan beliau juga mempunyai anak cucu disana. Konon kabarnya, beliau bisa mengetahui keadaan anak cucunya di Negeri Sembilan walaupun beliau berada di Taeh, dan begitu juga sebaliknya. Versi kedua mengatakan bahwa yang berkubur disini adalah Syech Abdurrahman, yang ikut berjasa dalam mengembangkan agama Islam di daerah ini semasa zaman Paderi. Pengikut Tuanku Imam Bonjol ini memiliki kesaktian, mahir dengan ilmu bela diri dan terkenal keberaniannya. Tidak hanya didaerah ini, beliau juga mengembangkan agama Islam sampai ke Malaysia, tepatnya didaerah Kelang. Diperkirakan meninggal tahun 1836. Kekeramatan kuburan ini terlihat setelah beliau dikuburkan. Banyak penduduk sekitar yang sering melihat cahaya diatas kuburan tersebut yang menyerupai api lilin sehingga mereka takut untuk mendekat karena dianggap angker dan keramat.

Randai

OBJEK WISATA : Randai
Randai merupakan salah satu jenis kesenian teater rakyat anak nagari Minangkabau. Biasanya, satu grup Randai berjumlah 14 sampai 25 orang pemain yang membawakan lakon dari cerita-cerita rakyat, seperti, Kati Alam, Samsudin, Siti Sabariah, Alam, Saedar Siti Janela dan lain-lain. Secara teknis, Randai merupakan perpaduan antara tari, musik dan teater. Keunikannya terletak pada bentuk penyajian dengan bentuk pola lingkaran. Kedekatan antara pemain dan penonton menjadikan Randai sangat akrab dengan masyarakat Minangkabau.
Randai biasanya dimainkan dihalan atau dilapangan, sehingga penonton yang mengelilingi pemain tampak menjadi suatu kesatuan yang utuh. Dalam setiap penampilan, penonton boleh saja menyela dialog-dialog yang disampaikan paemain atau mungkin bersorak untuk memberikan gairah pemain seperti halnya lenong di Betawi.

MasjidTuo Koto Nan Ampek

OBJEK WISATA : Masjid Tuo Koto Nan Ampek
Masjid tuo koto nan ampek dibangun pada masa penjajahan Belanda yang terletak dikelurahan Balai Nan Duo koto nan Ampek Payakumbuh. Bentuk aslinya yang masih terpelihara yang terdiri dari bahan-bahan kayu/papan dan pohon kelapa. Meskipun telah berusia + 100 tahun, namun masih tetap kuat dan utuh. objek wisata ini hanya berjarak 2 km dari pusat kota

Panorama Ampangan

OBJEK WISATA : Panorama Ampangan
Objek Wisata Panorama Ampangan merupakan salah satu objek tujuan wisata di Kota Payakumbuh yang gterletak dikawasan perbukitan Kenagaraian Aur Kuning di kelurahan Ampangan Kec. Payakumbuh Selatan. Suasana alam perkampungan dan sawah serta ladang yang hijau dan luas terbentang mengajak wisatawan untuk menikmati keindahan alam pemandangan perbukitan.

Pacu Itiak

OBJEK WISATA : Pacu Itiak
Pacu Itiak (itik) Merupakan satu olah raga unik yang digelar oleh masyarakat Payakumbuh. Itik yang diperlombakan adalah itik khusus yang berusia antara 4-6 bulan. Keunikan dari Perlombaan ini adalah pada tempat penyelenggaraanya yang bukan dilakukan di sungai atau kolammelainkan diudara. Pacu itik dilombakan dengan jarak terbang yang sudah ditentukan seperti 800 m, 1600 m, dan 2000 m. Pemenangnya adalah itik yang dapat terbang diatas jalur yang ditentukan dengan pencapaian garis finish lebih awal

Ngalau Indah

  OBJEK WISATA : Ngalau Indah
Ngalau Indah Payakumbuh merupakan objek wisata kebanggaan Kota Payakumbuh. Ngalau Indah yang merupakan objek wisata di bukit simarajo yang merupakan kawasan hutan hijau lindung yang memiliki udara yang sejuk dan pemandangan yang cantik.

Kolam Renang Ngalau Indah Berkelas Internasional yang dibangun untuk keperluan anak nagari dalam meningkatkan minat olah raga renang serta sebagai objek wisata. Kolam Renang tersebut diresmikan oleh Gubernur Sumatera Barat H. Gamawan Fauzi tahun 2006.

Pintu Goa Ngalau Indah dilihat dari Dalam Goa